Assalammu’alaikum
Wr.Wb
sayup
terdengar lantunan ayat-ayat suci yang dikumandangkan oleh karib kerabat serta
sahabat yang menyempatkan diri berkunjung ke sebuah rumah mungil yang terletak
agak menjorok ke arah selatan, dengan pagar berupa pot-pot mungil tertata rapih
yang berisi beberapa jenis tanaman bunga. Di luar tampak riuh oleh beberapa orang
yang sedang mendirikan tenda setelah gerimis turun sore tadi. Di bagian luar
yang lain tampak tiga anak umur belasan sedang asik melipat lembaran-lembaran
kertas ketika kelak akan dibagi menjadi beberapa bagian agar terlihat presisi
sewaktu akan di eksekusi melalui sebuah gunting. Terdengar sesekali benturan
besi tiang-tiang tenda yang bercampur dengan gurauan ketiga anak tadi beserta
tamu-tamu yang mulai berdatangan sembari mengucapkan kata-kata cermat dan
didengarkan dengan khidmat sekaligus anggukan kecil sebagai rasa hormat. Datarnya
mimik wajah, sedikit senyum tulus walaupun deretan gigi-giginya tak nampak (hanya terlintas seperti menarik kedua ujung
bibir saja), semakin menandakan bahwa duka yang menyapanya terlalu lara.
Malam
terus merambat pelan bahkan terasa begitu sangat lamban. Ayat-ayat tentang kebesaran-Nya semakin jelas
terdengar walau keluar dengan suara yang parau. Pria paruh baya yang menggenggam
gulungan kertas berwarna putih tiba-tiba menghampirinya seraya berkata
“Bagaimana.. apakah sudah ada keputusan dari pihak keluarga semua nya??” ia menjawab
“sudah pak haji.. kami tinggal menunggu kakak kami yang merantau di
pulau linggau yang akan segera datang..”
Sedikit
bergegas pria paruh baya yang dikenal dengan sebutan Pak Haji ini lantas
menghampiri kerumunan pria paruh baya lainnya yang sedang bercengkerama
diselingi canda dengan maksud menghibur agar duka tidak dianggap nestapa sehingga
membuat kita terlena dan merana. Tiba-tiba ketiga anak kecil menyeruak sambil
berlari kecil menuju salah satu ujung barat gang kecil yang hanya berukuran
satu koma lima meter, segera salah satu dari ketiganya yang bertubuh sedikit
agak tinggi menyematkan gagang bambu di tiang plang penanda gang sambil
mengikatkannya agar tidak jatuh tertempa angin. “Talinya kurang satu biar lebih
kuat..” sambil menengadahkan tangan kirinya seraya meminta agar diberi tali
pengikat dengan tatapan tetap tertuju pada tiang plang penanda jalan dan gagang
bambu. Setelah selesai mereka segera menuju ujung gang lainnya dengan tujuan
sama yaitu memasang gagang bambu yang telah direkatkan dengan lembaran kertas
berwarna kuning yang sejak tadi sudah dipersiapkan sebagai penanda bahwa sedang
ada yang berduka. Entah berasal darimana penanda kedukaan selalu disimbolkan
dengan sebuah bendera warna kuning berukuran kurang lebih 30x30 cm tersebut.
“Bapak-bapak
yang kami hormati serta para hadirin yang menyempatkan untuk datang, mari kita
segera untuk merapihkan tempat ini yang akan dijadikan sebagai tempat untuk
memandikan almarhum/almarhumah.. dan sebagai penghormatan kita terhadap jasa
baik almarhum/almarhumah setelahnya dimandikan dan dikafani kami memohon agar
ikut serta menshalatkan dan langsung menuju pemakaman malam hari ini
juga..” tutur Pak Haji. Dua orang anak
muda berusia duapuluh tahunan mendatangi sembari menggotong sebuah bale (tempat
tidur) yang terbuat dari bambu yang akan dipergunakan sebagai alas untuk
memandikan jenazah tersebut. Beberapa ibu-ibu muda juga telah siap dengan
rangkaian bunga-bunga nan segar untuk kemudian dicampurkan kedalam gentong yang
telah berisi air dan pengharum yang sedikit menusuk hidung.
Bagi
sebagian orang yang melihatnya secara sekilas mungkin hanya bergumam mengulas
senyuman sembari berkata “ooohh..ada yang meninggal..” tapi tidak untuk yang
ditinggalkan, semuanya seolah runtuh seakan tak percaya bahwa orang yang paling
disayanginya telah dipanggil terlebih dahulu menghadap keharibaan-Nya.
Begitulah
serentetan kejadian yang berlangsung pada petang hingga beranjak malam sampai
pada ujung tempat pemakaman dimana jenazah tersebut akan dikuburkan dan akan
ditinggalkan oleh semua yang mengantarkannya termasuk sanak keluarga yang
selama ini sangat di cintainya.
Yaa..
Sehebat apapun kita mencintai orang yang paling kita sayangi dan hormati tetap
saja ia akan berpulang kepada yang memiliki-Nya..
Seperti
sebuah hukum alam yang sedang terjadi sekaligus menandakan bahwa siklus
kehidupan telah berjalan dengan sempurna. Apakah takdir kematian itu menyapa
terlebih dahulu terhadap orang-orang yang sangat mempengaruhi didalam hidup
kita atau kita sendiri yang akan segera meninggalkan orang-orang yang sangat
mendambakan serta menginginkan kita untuk menjadi seorang yang bermartabat di
dunia dan di akhirat kelak. Kalau saja takdir itu menyapa kita terlebih dahulu,
pertanyaannya sudah cukupkah bekal yang kita persiapkan serta
mempertanggungjawabkan semua perilaku kita selama ini..??! Dan jika yang dipanggil terlebih dahulu
adalah orang terkasih sebut saja orang tua kita sendiri apa yang sudah kita
berikan kepada mereka..??! Cukup bahagiakah mereka meninggalkan kita..??!
_____________________________________________________________________
Hari
ini genap sudah hampir ¾ abad nafas yang diberikan oleh-Nya untuk tetap dapat berhembus.
Ada saat setiap hembusannya penuh dengan rasa syukur terhadap yang memberi
hembusannya. Ada pula saat menarik
hembusannya kembali dipenuhi oleh sisa-sisa yang penuh oleh sesuatu yang tak
disukai-Nya.
Hari
ini kembali mengenangkan apa kehendak Ema dan Bapa
Mereka
menginginkan agar tidak menjadi seorang pendurhaka
Sementara
aku tetap saja mampu tertawa diatas pelana dosa..
Hanya
doa-doa terbaik yang mereka panjatkan diatas keringat lelah
Sementara
aku terus saja berkeluh kesah diatas sajadah..
Hari
ini pula mengingat kembali apa yang sudah diperbuat..
Mereka
tak ingin anaknya menjadi seorang pembohong ulung
Tetapi
aku selalu menyelaraskan perkataan dan perbuatan menjadi sebuah parodi agung ..
Ema
dan Bapa ku..
Ampunilah
segala salah dan khilaf yang meraja..
Sudilah
kiranya tetap menarik busur panah berisi doa-doa mustajabah yang selalu tumpah
dengan airmata bahagia disela-sela kusamnya wajah dunia..
Maafkanlah
diri ini yang selalu melukis luka hingga membuatmu selalu bersedih..
Maafkanlah
diri ini yang telah mengundang airmata hingga membuatmu selalu berpeluh..
Yang
Maha Mengetahui..
Aku
menyadari sepenuhnya Engkau tahu yang terselip didalam lubuk hati..
Hapuskanlah
segala dosa bersamaan dengan memudarnya cahaya bulan sabit diakhir malam ini..
Lepaskanlah segala aib dengan berlalunya waktu demi waktu disepanjang hayat yang telah dilewati..
Lepaskanlah segala aib dengan berlalunya waktu demi waktu disepanjang hayat yang telah dilewati..
Karena
sebenarnya aku ini adalah seorang pengkhianat sejati
Walau
mereka tak menyakini apalagi sampai merestui..
Yang
Maha Mulia..
Kalaulah
sampai waktuku telah habis menemani..
Aku
memohon janganlah Kau putuskan ruh kami dengan Ema Bapa kami..
Jadikan
kubur mereka rumah penantian sementara yang lapang penuh dengan kedamaian..
Tukar
kain kafan mereka dengan hangat sejuknya embun Rahmat-Mu yang senantiasa
menyirami..
Jadikan
cacing-cacing tanah ciptaan-Mu menjadi enggan menggerogoti wajah-wajah tulus Ema
dan Bapa kami..
Segera
ulurkanlah kasih-sayang-Mu membelai setiap jengkal tanah merah yang mereka huni
untuk sementara..
Hingga
sampai saatnya nanti Engkau pertemukan kami dengan mereka..
Yang
Maha Penyayang diantara yang penyayang..
Aku
mohon.. Sayangilah mereka walau aku
sudah tak mampu menyayanginya karena peluhnya berbagai dosa..
Ps
Seseorang
didalam hati yang nyata-nyatanya aku kenali membisikkan lirih kepada ku seraya bekata..
“selamat sukses atas engkau yang telah berhasil memangkas usia mu hingga
tergerus, keangkuhan biarlah pergi kembali ke alam tanpa tepi..teruslah
meresapi kebermaknaan hidup yang sedang dijalani agar semakin berarti dan tak
perlu mewujud risau menjelma gigi dengki..”
“bersihkan
saja debu yang menempel keraguan.. rebahkanlah dirimu hingga mampu memandang
sebuah kearifan.. Selamat Pendek Umur Heri
Purwanto..!!”
wassalam..
141.211
Tawa
ria telah berlalu
Bersama
musim yang bernafas pilu
Sebuah
kehidupan yang singgah
Terkubur
dan mengubur
Apa
yang terjadi tidak sendiri
Dan apa
yang terjadi sudah bersemi
Mungkin
kaupun sudah tuli untuk bisa mengakui
Dan
mungkin sudah tak perduli untuk bisa mengakui
Ps
satudesemberduaribusebelas
Assalammu’alaikum
Wr.Wb
salam
semangaatt..!!
Kali
ini saya akan berbagi cerita tentang si gigi Kelinci dan gigi Dracula.. *ejaan
yang benar dalam bahasa Indonesia nya dracula atau drakula siih.. hueeehh
bingung saya.. dilanjut saja laah.. kemoon…
Alkisah,
pagi ini pemilik gigi dracula terperanjat hampir loncat dari tempat tidurnya
ketika melirik jarum jam meja yang terletak agak menjauh dari ranjangnya telah
menunjukkan tepat pukul 8 pagi.. terlihat
sayu setengah lusu dan tentunya menggerutu ke siapa lagi kalau bukan ke si gigi
kelinci. Pasalnya semalam ia sudah berpesan agar minta di bangunkan sepagi
mungkin karena hari ini ia akan menemui orang-orang yang sudah ia janjikan
serta mengunjungi satu dua tempat yang akan dijadikan sebagai media katarsisnya..
“Aaaarrrgghhh…
dasar..!!” umpat nya..
Tanpa
ragu ia langsung menyambar handuk dan bersegera lari tunggang langgang menuju
kamar mandi dengan tak lupa membawa smartphone yang selalu menemani kemana saja
ia berada.. mendengarkan lagu-lagu
instrument alat tiup dan pencet dari smartphonenya ketika sedang mandi ternyata
dapat menurunkan kepenatan sekaligus menyegarkan ketika air shower mulai
membasahi seluruh tubuhnya, itulah salah satu alasan kenapa ia gemar membawa
smartphonenya yang notabene sebagai alat komunikasi itu setiap kali ia mandi.
“aduuuuhh..”
tiba-tiba ia berucap..
ahaa.. ternyata shampoo nya tertinggal dikamar
yang baru dibelinya semalam di supermarket depan untuk menggantikan botol
shampoonya yang sudah habis. “Aaahhh.. gara-gara si Kelinci gw jadi ribed
gini.. “ sembari keluar dari kamar
mandi kembali ke kamarnya.
Acara
mandi telah selesai dan berlangsung kilat hanya 5 menit lewat.. Setelah
beberapa saat mempersiapkan segala kebutuhan yang akan dibawa, smartphone
kesayangannya yang berwarna putih dan sudah sedikit kusam menyala menunjukan
ada pesan singkat yang terkirim masuk.. yaapp.. ternyata dari si pemilik Gigi
Kelinci yang mengucapkan :
“selamat
menikmati perjalanan hari ini..”
“Apaan sih lo..” balas si pemilik Gigi Dracula.. dengan di
lanjutkan..
“Tau gak.. Gw jadi repot kyk gini.. Kan semlm
gw udh minta d bangunin pagi2..”
Sambil terheran-heran si Pemilik Gigi Kelinci
membalas dengan santainya.
“Yee.. itu juga udh d bangunin lwt miscall 2
kali..”
“Ga kedengeran yee.. Mangkanye klo tidur jgn
kya kebo abis ngebajak sawah 2 hektar..”
si Gigi Dracula membalas
“Grrrrrrrrrrh….”
Hiiiiiihhh…
sedikit gemas si Gigi Dracula memandangi layar smartphonenya dan segera
teringat bahwa ia mengaktifkan fitur silentnya dari kemarin siang sehubungan
dengan rangkaian acara ulang tahun dan sukses perusahaannya yang telah berhasil
mengakuisisi perusahaan kompetitor.
*Hueehehe..
mau di miscall berpuluh kalipun yaa tetep aja ga bakal kedengeran…
Sedikit
malu bercampur kesal si Gigi Dracula akhirnya cepat-cepat mengambil langkah
seribu dengan nafas yang semakin di buru. Dengan 3 tas yang berada di pundaknya
ia semakin melaju.. meninggalkan si Gigi Kelinci yang masih terbengong layaknya
kodok bangkong membaca broadcast pesan terakhir yang di kirim oleh si Gigi Dracula.
Jarak
tempat tinggal antara si Gigi Kelinci dan Gigi Dracula memang tidak terlalu
jauh, hanya di pisahkan oleh jejeran tembok-tembok beton yang menjulang tinggi.
Berdiri kokoh diatas lahan bekas lapangan sepakbola tempat anak-anak kampung
sebelah menghabiskan waktu menyambut senja. Kini anak-anak kampung sebelah
sudah beranjak dewasa dan sudah tak terdengar lagi suara-suara riang gembira
mengejar bola yang setelahnya selalu dilanjutkan dengan bersama-sama menuju
Musholla kecil disamping rumah Pa Marta untuk menunaikan shalat maghrib
berjamaah.
Seperti
hari-hari yang telah dilalui, seperti itulah mereka memaknai sebuah komunikasi,
kadang datar, terkadang sampai pada titik akumulasi sehingga tidak mampu lagi
untuk saling menghargai dan menghormati. Padahal inti dari sebuah komunikasi
adalah bagaimana menciptakan komunikasi tersebut menjadi dua arah. Dalam artian
sama-sama mengarahkan umpan balik yang proporsional dengan tujuan agar tetap
terjaganya nilai sosialisasi didalam membingkai sebuah harmoni yang hakiki. Mungkin
karena dipengaruhi oleh polah asuh yang berbeda walaupun mereka pernah
mengalami masa kecil bersama-sama atau mungkin karena memang mereka telah
menjadi individu yang sama-sama sedang berangkat didalam kerangka berpikir
seorang yang mendewasa. Atau mereka sudah tidak dapat membedakan lagi mana ego
dan mana super ego.
Mereka
seperti halnya jalan tol Jakarta - Palimanan, beriringan tetapi berbeda arah
tujuan. Tapi ada satu kesamaan unik diantara mereka yaitu mereka hobi
mengkonsumsi salah satu jenis penganan yang dapat menimbulkan aroma yang sangat
pekat. Dan menurut penuturan mereka paling enak jika disandingkan dengan
secobek sambal terasi yang pedas sampai mengucurkan keringat ketika
menyantapnya. Diselingi canda tawa diiringi nyamuk-nyamuk yang menghinggap di
kaki, mereka seakan menjadi tak perduli.
**
ssssstt..
mau tau kaga mereka suka makan apa..??! hihihi..kasih tau jangan yaa..
baiklah
di kasih tau aja daripada ga dikasih tau nti ga dilanjutin baca ceritanya..
yaaapp..
betul saudara-saudara..!! haahh..apanya
yang betul.. eh dasar si bedul..di kasih tau aja juga beloman...
iyaapp..
mereka suka sekali menyantap yang namanya.. PETE..!! Klo dalam kamus bahasa Indonesia nya di sebut
Petai dan dalam bahasa latinnya di sebut Parkia
speciosa Hassk atau peteuy basa sundana mah klo bahasa Thailand nya
Sataw.. bukannya sotoy yaa.. heeehh..
**
Mereka tetap berbeda didalam cara menyantapnya.. si Gigi Dracula lebih suka pete yang di bakar, sementara si Gigi Kelinci lebih suka jika direbus terlebih dahulu.. tapi malam ini mereka sepakat untuk menyantap pete yang diletakkan di atas bara api.. alias pete bakar..!! mantap.. maksudnya mantap benar bau nya..
Mereka tetap berbeda didalam cara menyantapnya.. si Gigi Dracula lebih suka pete yang di bakar, sementara si Gigi Kelinci lebih suka jika direbus terlebih dahulu.. tapi malam ini mereka sepakat untuk menyantap pete yang diletakkan di atas bara api.. alias pete bakar..!! mantap.. maksudnya mantap benar bau nya..
Naah..ini dia si petai alias pete alias peteuy.. |
Mereka
memang sangat unik didalam menilai sebuah sudut pandang. Seperti saat ini yang
sedang mereka rayakan. Entah disebut sebagai sebuah pertemanan atau
persahabatan yang lebih intim atau sekadar menghabiskan waktu bersama dengan
diiringi sebuah purnama. Mungkin saja mereka tetap tidak akan dapat bersatu
layaknya air dengan minyak atau seperti air yang tidak akan pernah mau bersahabat
erat ketika diletakan diatas daun talas. Ahaa.. mungkin saja mereka masih membutuhkan
waktu yang lebih lama lagi untuk sekedar bersama-sama menikmati hari demi hari
disela-sela perasaan yang telah merenggut sisa-sisa hati yang telah terbagi.
Yaa.. mungkin
saja disuatu hari mereka dapat merasakan sebuah energi dari rasa saling berbagi
dan ber-empati..
Mungkin
saja.. mereka akan memberikan sebuah cerita yang lebih riang dan
membahagiakan.. mungkin saja mereka akan berakhir sampai disini karena saya
sudah mulai mengantuk dan segera harus merebahkan diatas peraduan.. itu bantal sama guling udah melambai-lambai
minta dihampiri soalna.. hahaha.. sampai
jumpa lagi kawan..!! dadaahh..
hoaaaaammm…
Wassalam...
Ps
duapuluhenam-11-duarebusebelas
Salah satu program unggulan yang di
gulirkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang adalah dengan di berikannya Kartu
Multiguna, yaitu semacam Pelayanan Jamkesda kepada para keluarga kurang mampu.
Tidak hanya akses pelayanan kesehatan secara gratis saja tetapi juga akses
pendidikan yang berada diwilayah Kota Tangerang.
Saat ini tengah berlangsung kegiatan validasi serta verifikasi para pemegang kartu tersebut yang dilaksanakan oleh LITBANG Kota Tangerang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang dengan tujuan agar diperoleh data terkini serta menghindari data ganda dan penyimpangan/penyalahgunaan di masyarakat. Di karenakan ada sekitar 8000 Kepala Keluarga (KK) yang mempunyai kartu tetapi tidak tercantum di dalam Data Base yang mengakibatkan tidak dapat mengakses kedua pelayanan tersebut.
~perjalanan Rasa Syukur dimulai
Saat ini tengah berlangsung kegiatan validasi serta verifikasi para pemegang kartu tersebut yang dilaksanakan oleh LITBANG Kota Tangerang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang dengan tujuan agar diperoleh data terkini serta menghindari data ganda dan penyimpangan/penyalahgunaan di masyarakat. Di karenakan ada sekitar 8000 Kepala Keluarga (KK) yang mempunyai kartu tetapi tidak tercantum di dalam Data Base yang mengakibatkan tidak dapat mengakses kedua pelayanan tersebut.
~perjalanan Rasa Syukur dimulai
Alhamdulillah saya berada diantara
tim petugas untuk langsung terjun ke lapangan memvalidasi dan memverifikasi.
Alhamdulillahnya lagi saya dikirim ke daerah yang lumayan jauh dari tempat
tinggal saya dan daerah tersebut termasuk ke dalam salah satu kantong
kemiskinan dan kekumuhan (terpadat) yang ada di Kota Tangerang. salah seorang
teman saya di BPS mempercayai penuh bahwa saya mampu untuk terjun ke daerah
tersebut.
Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi teng.. tapi saya masih kerasan untuk terus berada di rumah. Entah kenapa pagi ini terasa sangat berat sekali untuk segera keluar dari rumah. Mungkin sudah terbayang jauhnya perjalanan dan beragam kesulitan yang akan di temui saat berada di lapangan. Walaupun sudah dibekali dengan pelatihan sebelumnya tetap saja ada kekhawatiran tersendiri ketika akan melangkahkan kaki. Aneh sekali memang pagi ini. HP saya berdering dan terdengar suara bahwa 3 teman saya sudah menunggu kedatangan saya untuk bersama-sama berangkat menuju lokasi tempat tugas, ternyata mereka memang menunggu saya karena form list nama-nama kepala keluarga yang tercantum di dalam Data Base dan yang harus dikunjungi bersama teman-teman ternyata saya yang memegang. Tanpa Form List tersebut mereka tidak dapat bekerja dan setelah saya keluarkan dari dalam tas terdapat tulisan RAHASIA NEGARA di pojok kanan atas Form tersebut. *hadeeuuh.. benar-benar ceroboh sekali saya dalam hal ini bahwa saya diberi tanggung jawab yang besar sekali.
Tugas pertama adalah kulunuwun / sampurasun kepada pemilik wilayah dalam hal ini Kepala Kelurahan setempat.. setelah bla..bla..bla.. dilanjut kulunuwun berikutnya kepada pemilik wilayah satuan lingkungan setempat yakni Bapak RW yang tanpa basa-basi mereka langsung menuntun kami untuk menemui para bawahannya yakni para Ketua RT. Sambutan mereka luar biasa positif karena memang mereka menunggu kedatangan kami dan segera saja keluar semua permasalahan yang selama ini di keluhkan oleh para warga nya di dalam mengakses Pelayanan Kesehatan terutama oleh para pemegang Kartu Multiguna. Dengan sedikit berdiplomasi akhirnya saya absen daftar nama-nama Kepala Keluarga yang hari ini harus saya kunjungi untuk melakukan sedikit wawancara dan melihat langsung keberadaan tempat tinggalnya sebagai salah satu unsur penilaian kelayakan penerima manfaat dari sebuah pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Walaupun saya beserta teman-teman hanya merekam berbagai data yang diketemukan secara langsung dilapangan yang nantinya dapat dijadikan argumen oleh para penentu kebijakan didalam memberikan pelayanan kesehatan tersebut.
Dengan bersemangat Bapak Ketua RT menemani saya dan teman-teman mengunjungi satu persatu warganya untuk melihat secara lebih dekat. Tidak saja di temani oleh Para Ketua RT kedepannya kami juga di temani oleh Ibu-Ibu Kader Posyandu yang ternyata memang lebih memahami tentang alur prosedur penggunaan kartu tersebut dan juga lebih memahami pentingnya kesehatan dilingkungan sosial yang berada di wilayahnya. Walaupun saya beserta teman-teman hanya merekam berbagai data yang diketemukan secara langsung dilapangan yang nantinya dapat dijadikan argumen oleh para penentu kebijakan didalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal.
Saya tiba di salah satu rumah yang di huni oleh seorng perempuan dengan 2 orang anaknya setelah saya merasa ada bagian didalam perut saya yang meminta untuk segera di isi, “hmm..pantesan..” seraya melirik jam tangan teman saya yang telah menunjukkan pukul 11 siang sekaligus mengingatkan saya bahwa tadi pagi tidak sempat untuk sarapan. Sebelum sampai ke rumah perempuan tersebut salah seorang Ibu Kader membisikkan pelan ke telinga saya.. 'mas.. nanti kalau dirumah si Ibu Ani (sebut saja seperti itu) jangan kaget lagi yaa..' saya hanya senyum sepintas sambil menjawab 'iyaa bu..'
setelah melewati beberapa point sesi interview tiba saatnya pada point dimana saya harus menanyakan jenis penyakit apa yang selama ini ada pada salah satu anggota keluarganya Ibu Ani. Terlihat sangat jelas sekali raut wajah Ibu Ani yang semakin datar.. Saya melihat terasa berat Ibu Ani untuk mngatakan yang sebenarnya sedang terjadi pad dirinya. Perlahan saya kembali membujuknya dengan suara yang agak pelan agar Ibu Ani mau mengatakan dan saya tekankan bahwa kalau Ibu Ani ada penyakit yang di derita bisa langsung di rujuk ke Rumah Sakit dengan menunjukan surat rujukan dari Puskesmas setempat. Dengan lirih Ibu Ani berkata pelan sekali hampir-hampir hanya saya yang dapat mendengarnya.
Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi teng.. tapi saya masih kerasan untuk terus berada di rumah. Entah kenapa pagi ini terasa sangat berat sekali untuk segera keluar dari rumah. Mungkin sudah terbayang jauhnya perjalanan dan beragam kesulitan yang akan di temui saat berada di lapangan. Walaupun sudah dibekali dengan pelatihan sebelumnya tetap saja ada kekhawatiran tersendiri ketika akan melangkahkan kaki. Aneh sekali memang pagi ini. HP saya berdering dan terdengar suara bahwa 3 teman saya sudah menunggu kedatangan saya untuk bersama-sama berangkat menuju lokasi tempat tugas, ternyata mereka memang menunggu saya karena form list nama-nama kepala keluarga yang tercantum di dalam Data Base dan yang harus dikunjungi bersama teman-teman ternyata saya yang memegang. Tanpa Form List tersebut mereka tidak dapat bekerja dan setelah saya keluarkan dari dalam tas terdapat tulisan RAHASIA NEGARA di pojok kanan atas Form tersebut. *hadeeuuh.. benar-benar ceroboh sekali saya dalam hal ini bahwa saya diberi tanggung jawab yang besar sekali.
Tugas pertama adalah kulunuwun / sampurasun kepada pemilik wilayah dalam hal ini Kepala Kelurahan setempat.. setelah bla..bla..bla.. dilanjut kulunuwun berikutnya kepada pemilik wilayah satuan lingkungan setempat yakni Bapak RW yang tanpa basa-basi mereka langsung menuntun kami untuk menemui para bawahannya yakni para Ketua RT. Sambutan mereka luar biasa positif karena memang mereka menunggu kedatangan kami dan segera saja keluar semua permasalahan yang selama ini di keluhkan oleh para warga nya di dalam mengakses Pelayanan Kesehatan terutama oleh para pemegang Kartu Multiguna. Dengan sedikit berdiplomasi akhirnya saya absen daftar nama-nama Kepala Keluarga yang hari ini harus saya kunjungi untuk melakukan sedikit wawancara dan melihat langsung keberadaan tempat tinggalnya sebagai salah satu unsur penilaian kelayakan penerima manfaat dari sebuah pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Walaupun saya beserta teman-teman hanya merekam berbagai data yang diketemukan secara langsung dilapangan yang nantinya dapat dijadikan argumen oleh para penentu kebijakan didalam memberikan pelayanan kesehatan tersebut.
Dengan bersemangat Bapak Ketua RT menemani saya dan teman-teman mengunjungi satu persatu warganya untuk melihat secara lebih dekat. Tidak saja di temani oleh Para Ketua RT kedepannya kami juga di temani oleh Ibu-Ibu Kader Posyandu yang ternyata memang lebih memahami tentang alur prosedur penggunaan kartu tersebut dan juga lebih memahami pentingnya kesehatan dilingkungan sosial yang berada di wilayahnya. Walaupun saya beserta teman-teman hanya merekam berbagai data yang diketemukan secara langsung dilapangan yang nantinya dapat dijadikan argumen oleh para penentu kebijakan didalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal.
Saya tiba di salah satu rumah yang di huni oleh seorng perempuan dengan 2 orang anaknya setelah saya merasa ada bagian didalam perut saya yang meminta untuk segera di isi, “hmm..pantesan..” seraya melirik jam tangan teman saya yang telah menunjukkan pukul 11 siang sekaligus mengingatkan saya bahwa tadi pagi tidak sempat untuk sarapan. Sebelum sampai ke rumah perempuan tersebut salah seorang Ibu Kader membisikkan pelan ke telinga saya.. 'mas.. nanti kalau dirumah si Ibu Ani (sebut saja seperti itu) jangan kaget lagi yaa..' saya hanya senyum sepintas sambil menjawab 'iyaa bu..'
setelah melewati beberapa point sesi interview tiba saatnya pada point dimana saya harus menanyakan jenis penyakit apa yang selama ini ada pada salah satu anggota keluarganya Ibu Ani. Terlihat sangat jelas sekali raut wajah Ibu Ani yang semakin datar.. Saya melihat terasa berat Ibu Ani untuk mngatakan yang sebenarnya sedang terjadi pad dirinya. Perlahan saya kembali membujuknya dengan suara yang agak pelan agar Ibu Ani mau mengatakan dan saya tekankan bahwa kalau Ibu Ani ada penyakit yang di derita bisa langsung di rujuk ke Rumah Sakit dengan menunjukan surat rujukan dari Puskesmas setempat. Dengan lirih Ibu Ani berkata pelan sekali hampir-hampir hanya saya yang dapat mendengarnya.
"percuma mas saya dapat
Kartu Multiguna.. karena tidak dapat saya pergunakan apalagi penyakit saya
termasuk yang membutuhkan biaya yang sangat tinggi.. sedangkan suami saya hanya
seorng kuli bangunan.."
lantas saya menjawab
"kalau boleh saya tau memang
Ibu sakit apa..?!"
sambil berlinang airmatanya ia
mngatakan..
"Saya kena Kanker Payudara..
bukan hanya satu tapi sekarang sudah kiri dan kanan.."
Damn.. !! saya hanya bisa
mematung tanpa ada ekspresi yang lain..dan kontan saja kedua mata saya sudah di
penuhi buliran-buliran yang tanpa saya sadari sudah menetes di pipi saya. Yang
lebih hebatnya lagi baru saya sadari bahwa Ibu Ani adalah orang kedua penderita
Kanker Payudara di dalam satu lingkungan. Sampai saya menulis notes ini saya
masih terus berpikir seolah tidak percaya bahwa di dalam satu lingkungan
terdapat kasus Kanker Payudara dua orang sekaligus. Akhirnya sambil berpamitan
kepada Ibu Ani saya tegaskan sekali lagi kepada Bapak Ketua RT dan Ibu Kader
Posyandu bahwa nanti setelah selesai pendataan ulang ini segera di bantu dan di
persiapkan semua prosedur agar dapat segera di tangani oleh pihak medis.
Hari-Hari selanjutnya saya semakin bersemangat untuk terus menemui para Kepala Keluarga yang ada di Form List yang harus saya kunjungi. Dari Ibu Ani saya jadi belajar memaknai rasa syukur atas keberlimpahan yang Tuhan berikan kepada saya.
Hari-Hari selanjutnya saya semakin bersemangat untuk terus menemui para Kepala Keluarga yang ada di Form List yang harus saya kunjungi. Dari Ibu Ani saya jadi belajar memaknai rasa syukur atas keberlimpahan yang Tuhan berikan kepada saya.
Salah
sudut rumah yang mejadi target untuk dikunjungi.
|
Semakin kesini saya semakin dipertemukan oleh-Nya orang-orang yang di dalam keterbatasannya tetapi mampu untuk bangkit kembali menjalani hidup. Seperti Bp. Dedi Setiadi seorang yang b'profesi sebagai penjahit dengan ruang kerjanya yang hanya 1x2 m2 dan di karuniai seorng anak yang b'nama Naufal Mukhlis (13 Thn) yang menderita Epilepsi yang menurut penuturan Ibu nya, naufal menderita epilepsi semenjak berumur 3 tahun setelah pada umur 2 tahun naufal mngalami panas tinggi sekali dan bahasa yang mudah dimengerti oleh saya adalah naufal mengalami stip. Beruntung Naufal mempunyai Jamkesmas sehingga akses pelayanan kesehatannya mencapai RSCM dan sampai saat ini memperoleh obat-obatan secara gratis.
Ada lagi saudara Ahmad Bahri (Nama Samaran), yang juga menderita epilepsi dan tertangani dengan sangat baik menggunakan Kartu Multiguna. Sampai sekarang ia masih rutin mengkonsumsi obat dan hebatnya lagi ia telah mampu untuk mandiri dengan berdagang kelontongan dengan omzet 300 ribu sehari. Coba kita kalkulasi 300 ribu X 30 hari = 9 juta..!! kalau ia seorang karyawan, jabatan apakah dengan gaji 9 juta perbulan..??? lalu kita kalkulasi lagi 9 juta x 12 bulan = 108 Juta..!!! wew..!!
Yang paling miris adalah salah satu Kepala Keluarga sebut saja Bp.Saman(Nama Samaran) yang saya temui pada siang sebelum jumatan. Ternyata ia mempunyai 4 anak yang dua di antaranya menderita skizofrenia, malah yang salah satunya sudah hampir 4 tahun mnghilang dari rumah dan sampai saat ini pihak keluarga sudah menempuh berbagai cara dengan hasil sampai saat ini masih belum diketemukan. Dan lebih miris lagi adiknya yang sekarang masih berada dirumah juga tidak dapat mengakses pelayanan kartu multiguna yang sebelumnya dapat ia pergunakan. Saya melihatnya memang sudah akut karena kemungkinan sudah lepas dari penangangan medis yang tepat. Lama saya berbincang dengan mereka itu pun tidak di rumahnya karena, anaknya sekarang jadi sering mengamuk dan mengoceh terus sendirian. Mereka berharap banyak sekali kepada Dinas-Dinas terkait agar Kartu Multigunanya dapat d pergunakan lagi agar anaknya mendapat pengobatan seperti sedia kala dan meminta saya untuk sering datang berkunjung. Saya merenungi akan kejadian tersebut sampai saya kembali pulang kerumah tetap terngiang dan jelas tergambar oleh saya begitu beratnya perjuangan mereka. Hingga malam telah larutpun saya masih tetap terjaga memikirkan bagaimana sehari-harinya mereka menghadapi anaknya yang skizofren tanpa akses informasi maupun dukungan pengetahuan yang memadai. Dalam hati saya berujar 'Saya aja yang berusaha memahami dengan berbagai dukungan informasi dan ilmu yang saya dapatkan masih merasa terlalu berat untuk menghadapinya.. Bagaimana dengan mereka..?!' Astaghfirullah.. Ternyata Allah memang masih teramat sayang terhadap keluarga kami, begitu banyak kemudahan serta keajaiban-keajaiban oleh-Nya.. di mulai dengan mudah nya saya mengakses informasi di manapun dan kapanpun saya membutuhkan lewat layar 2X3 cm alias HandPhone untuk bisa menjelajah dunia maya mencari informasi-informasi terkait dengan skizofren, setelah dirumah giliran layar tipis berukuran 14 inch yang menemani. Belum lagi teman-teman di Komunitas yang semenjak saya bergabung serasa dunia ini begitu sempit dan dari sebagian teman-teman yang pernah saya ajak berinteraksi ada sesorang yang walaupun tidak pernah bertatap tapi saya merasakan sebuah energi positif yang ia tularkan kepada saya bahwa hari esok pasti akan baik-baik saja bahkan bisa lebih berbahagia jika memang kita menginginkan kebahagiaan tersebut. Belakangan baru saya ketahui bahwa itu adalah sebuah ilmu yang bernama Neuro Linguistik Positif..(Klo tidak salah) yaitu kemampuan setiap individu didalam menanggapi setiap aspek kehidupan dengan selalu berpikir positif dan selalu berbaik sangka kepada Yang Maha Kuasa..
Jam telah menunjukkan pukul 22:00 tepat.. tiba-tiba saya teringat janji dengan Mas Bagus (Founder KPSI) untuk merencanakan keberangkatan kami menuju Yogyakarta dalam rangka menghadiri acara KopDar di sana. Langsung saja saya on chat Facebook yang ada di HP dan akhirnya deal untuk menggunakan jasa Kereta Api dari stasiun pasar senen. Selama di perjalanan apa yang saya tulis di atas saya ceritakan kepada beliau dan ia mengingatkan saya tetap harus fokus untuk keluarga saya sendiri. Biarlah tangan Tuhan yang bekerja untuk keluarga Bp.Saman ujarnya.
Sebenarnya banyak lagi yang ingin saya tulis di notes ini, tapi saya berjanji ini yang terakhir. Saya khawatir nanti di cap sok perduli dengan mengatas namakan kemiskinan atau apalah. Karena sejatinya saya tidak dapat membendung potensi dari sebuah persepsi setiap orang setelah membaca notes ini.
Namanya Bp.Alman ±65 thn (Nama Sebenarnya) yang karena kecelakaan ketika sedang bekerja di ladang akhirnya mengakibatkan infeksi pada mata sebelah kiri yang saat ini kondisinya sangat mengenaskan. Menurut penuturan Ibu Cicih selaku Ketua Kader Posyandu diwilayah tersebut bahwa Bp.Alman sudah diusahakan untuk di rawat inap di RSUD Tangerang tetapi tidak bisa menjalani perawatan, dikarenakan urusan yang bersifat administratif yang memang dibutuhkan sebagai salah satu pemenuhan standar prosedural pelayanan kesehatan dengan menggunakan akses kartu tersebut. Saat saya datang mengunjungi dengan ditemani Ibu Cicih dan seorang petugas Litbang Kota Tangerang, bola matanya sudah tidak berbentuk lagi dan sudah dipastikan mengalami kebutaan.
Bp.
Alman dengan kondisi matanya yang memprihatinkan
|
Yaa.. inilah harga sebuah hidup..
ada saja cara-cara Tuhan untuk lebih meningkatkan Rasa Syukur kita kepada-Nya..
Kalau kata Bang Andre Raditya bahwa itu semua adalah Life Sign yang di kirim
oleh Tuhan untuk kita dan bagaimana kita mampu menangkap serta menerjemahkan
sebagai modal untuk tetap selalu berada di jalan-Nya (Life Sign - Andre
Raditya, Yogyakarta)
___________________
saya hanya sekedar ingin sharing saja.. dan memang niatnya ingin saya publish melalui Notes yang ada di FB bahkan Mas Bagus sendiri sudah mengisyaratkan agar di publish di Forum Discuss agar kita semua menyadari bahwa masih banyak keluarga-keluarga yang tidak seberuntung kita dan Skizofrenia bukanlah akhir dari segalanya seperti hal nya penyakit-penyakit yang lain. Tetapi saya mengurungkan niat untuk mempublish tulisan ini secara umum karena di khawatirkan akan ada pihak-pihak yang akan merasa tersinggung dan menjadikan tulisan saya sebagai konsumsi umum untuk mempolitisasi beberapa kalangan elit politik khususnya yang berada di Tangerang. Apalagi saat ini Walikota Tangerang sedang berjuang menciptakan suasana yang kondusif menjelang Pemilihan Gubernur Banten yang mana Bp. Walikota Tangerang sendiri juga ikut maju untuk meramaikan bursa calon Gubernur Banten periode 2012-2017.
Semoga tulisan ini yang sebagian sudah saya edit atau pengalaman saya tersebut bisa semakin meningkatkan rasa syukur atas nikmat-nikmat yang telah di anugerahkan kepada kita smua selama ini. Dan terakhir saya mohon maaf jika tulisan saya tersebut dalam hal ini saya masih belajar untuk menulis, sehingga tidak terjaga nilai-nilai estetika nya di dalam hal tulis menulis..
Dan tulisan ini hanya saya share melalui email kepada dr. Tika P di yogya, dr. Yuniar di Malang thanks dok udah sering di tag gambar dan quotes positif nya, Mbak Aniek di Boyolali, Mas Nawa di Tangerang, dia malah ndak tau walau sama-sama tinggal di Tangerang kalau Pemkot ada program seperti ini.. Salsa di 2X2,5 m tempat mengasah kecerdasannya yang sekaligus tempat terindahnya.. thanks for sharing NLP nya..
Semoga Allah memberikan kepada kita keberanian untuk selalu mengucapkan 'Alhamdulillah.. Terima Kasih Yaa Rabb..' Amiiin..
saya hanya sekedar ingin sharing saja.. dan memang niatnya ingin saya publish melalui Notes yang ada di FB bahkan Mas Bagus sendiri sudah mengisyaratkan agar di publish di Forum Discuss agar kita semua menyadari bahwa masih banyak keluarga-keluarga yang tidak seberuntung kita dan Skizofrenia bukanlah akhir dari segalanya seperti hal nya penyakit-penyakit yang lain. Tetapi saya mengurungkan niat untuk mempublish tulisan ini secara umum karena di khawatirkan akan ada pihak-pihak yang akan merasa tersinggung dan menjadikan tulisan saya sebagai konsumsi umum untuk mempolitisasi beberapa kalangan elit politik khususnya yang berada di Tangerang. Apalagi saat ini Walikota Tangerang sedang berjuang menciptakan suasana yang kondusif menjelang Pemilihan Gubernur Banten yang mana Bp. Walikota Tangerang sendiri juga ikut maju untuk meramaikan bursa calon Gubernur Banten periode 2012-2017.
Semoga tulisan ini yang sebagian sudah saya edit atau pengalaman saya tersebut bisa semakin meningkatkan rasa syukur atas nikmat-nikmat yang telah di anugerahkan kepada kita smua selama ini. Dan terakhir saya mohon maaf jika tulisan saya tersebut dalam hal ini saya masih belajar untuk menulis, sehingga tidak terjaga nilai-nilai estetika nya di dalam hal tulis menulis..
Dan tulisan ini hanya saya share melalui email kepada dr. Tika P di yogya, dr. Yuniar di Malang thanks dok udah sering di tag gambar dan quotes positif nya, Mbak Aniek di Boyolali, Mas Nawa di Tangerang, dia malah ndak tau walau sama-sama tinggal di Tangerang kalau Pemkot ada program seperti ini.. Salsa di 2X2,5 m tempat mengasah kecerdasannya yang sekaligus tempat terindahnya.. thanks for sharing NLP nya..
Semoga Allah memberikan kepada kita keberanian untuk selalu mengucapkan 'Alhamdulillah.. Terima Kasih Yaa Rabb..' Amiiin..
29 April 2011
Best Regards,
Best Regards,
Heri Purwanto
__________________________
__________________________
Ps
Setelah cukup lama tulisan ini
terdampar dipojokan kamar dan bahkan kertasnya telah sedikit menguning,
akhirnya saya posting di blog ini.
Alhamdulillah.. bahwa setelah
selesainya semua kegiatan validasi serta memverifikasi, akhirnya berhasil
mendata sekitar 89.325 ribu penerima manfaat kartu multiguna yang langsung
dapat digunakan untuk mengakses pelayanan tersebut. Menurut beberapa rekan yang
saya hubungi para penrima manfaat kartu multiguna seperti yang saya ceritakan
diatas sudah dapat terlayani dengan sangat baik. Termasuk Bp.Alman sekitar satu
minggu yang lalu saya mendapatkan informasi bahwa ia akan segera di operasi. Bahkan
kini Pemkot Tangerang telah mendirikan sebuah RS khusus untuk para pemegang
kartu multiguna agar mendapatkan pelayanan kesehatan secara sempurna. Di
samping itu saat ini Pemkot tengah membangun sebuah RSUD diatas lahan yang
berdekatan dengan sebuah RS Swasta bertaraf internasional dipusat Kota
Tangerang sebagai wujud kepedulian terhadap warga masyarakatnya.
15-november-11
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Bening
berarti tidak berwarna
Ia
terbebas dari merah, kuning bahkan putih
Warna-warna
yang menyimbolkan nafsu amarah, nafsu kepemilikan, nafsu kepada lawan jenis
Untuk
bertambah umur ternyata tidak usah memerlukan bakat dan kemampuan tapi untuk
bertambah dewasa kita memerlukan usaha mencari kesempatan untuk berubah.
Bertambah
usia adalah titah
Bertambah
dewasa adalah pilihan
Bertambah
usia harusnya semakin membeningkan sebuah senja
Tenggelam
dalam kebeningan segala rasa
Membeningkan
kedewasaan yang menyelisik setiap kerinduan yang kosong
Bening
dapat diwarnai oleh apa saja, tetapi ia juga menghadirkan semua warna seperti
adanya
Ia
seperti mata air yang mengalir dari kedalaman hati dengan sendirinya
Ia
bening adanya
Ps
02OKTOBER2011
Langganan:
Postingan (Atom)