Assalammu’alaikum
Wr.Wb
sayup
terdengar lantunan ayat-ayat suci yang dikumandangkan oleh karib kerabat serta
sahabat yang menyempatkan diri berkunjung ke sebuah rumah mungil yang terletak
agak menjorok ke arah selatan, dengan pagar berupa pot-pot mungil tertata rapih
yang berisi beberapa jenis tanaman bunga. Di luar tampak riuh oleh beberapa orang
yang sedang mendirikan tenda setelah gerimis turun sore tadi. Di bagian luar
yang lain tampak tiga anak umur belasan sedang asik melipat lembaran-lembaran
kertas ketika kelak akan dibagi menjadi beberapa bagian agar terlihat presisi
sewaktu akan di eksekusi melalui sebuah gunting. Terdengar sesekali benturan
besi tiang-tiang tenda yang bercampur dengan gurauan ketiga anak tadi beserta
tamu-tamu yang mulai berdatangan sembari mengucapkan kata-kata cermat dan
didengarkan dengan khidmat sekaligus anggukan kecil sebagai rasa hormat. Datarnya
mimik wajah, sedikit senyum tulus walaupun deretan gigi-giginya tak nampak (hanya terlintas seperti menarik kedua ujung
bibir saja), semakin menandakan bahwa duka yang menyapanya terlalu lara.
Malam
terus merambat pelan bahkan terasa begitu sangat lamban. Ayat-ayat tentang kebesaran-Nya semakin jelas
terdengar walau keluar dengan suara yang parau. Pria paruh baya yang menggenggam
gulungan kertas berwarna putih tiba-tiba menghampirinya seraya berkata
“Bagaimana.. apakah sudah ada keputusan dari pihak keluarga semua nya??” ia menjawab
“sudah pak haji.. kami tinggal menunggu kakak kami yang merantau di
pulau linggau yang akan segera datang..”
Sedikit
bergegas pria paruh baya yang dikenal dengan sebutan Pak Haji ini lantas
menghampiri kerumunan pria paruh baya lainnya yang sedang bercengkerama
diselingi canda dengan maksud menghibur agar duka tidak dianggap nestapa sehingga
membuat kita terlena dan merana. Tiba-tiba ketiga anak kecil menyeruak sambil
berlari kecil menuju salah satu ujung barat gang kecil yang hanya berukuran
satu koma lima meter, segera salah satu dari ketiganya yang bertubuh sedikit
agak tinggi menyematkan gagang bambu di tiang plang penanda gang sambil
mengikatkannya agar tidak jatuh tertempa angin. “Talinya kurang satu biar lebih
kuat..” sambil menengadahkan tangan kirinya seraya meminta agar diberi tali
pengikat dengan tatapan tetap tertuju pada tiang plang penanda jalan dan gagang
bambu. Setelah selesai mereka segera menuju ujung gang lainnya dengan tujuan
sama yaitu memasang gagang bambu yang telah direkatkan dengan lembaran kertas
berwarna kuning yang sejak tadi sudah dipersiapkan sebagai penanda bahwa sedang
ada yang berduka. Entah berasal darimana penanda kedukaan selalu disimbolkan
dengan sebuah bendera warna kuning berukuran kurang lebih 30x30 cm tersebut.
“Bapak-bapak
yang kami hormati serta para hadirin yang menyempatkan untuk datang, mari kita
segera untuk merapihkan tempat ini yang akan dijadikan sebagai tempat untuk
memandikan almarhum/almarhumah.. dan sebagai penghormatan kita terhadap jasa
baik almarhum/almarhumah setelahnya dimandikan dan dikafani kami memohon agar
ikut serta menshalatkan dan langsung menuju pemakaman malam hari ini
juga..” tutur Pak Haji. Dua orang anak
muda berusia duapuluh tahunan mendatangi sembari menggotong sebuah bale (tempat
tidur) yang terbuat dari bambu yang akan dipergunakan sebagai alas untuk
memandikan jenazah tersebut. Beberapa ibu-ibu muda juga telah siap dengan
rangkaian bunga-bunga nan segar untuk kemudian dicampurkan kedalam gentong yang
telah berisi air dan pengharum yang sedikit menusuk hidung.
Bagi
sebagian orang yang melihatnya secara sekilas mungkin hanya bergumam mengulas
senyuman sembari berkata “ooohh..ada yang meninggal..” tapi tidak untuk yang
ditinggalkan, semuanya seolah runtuh seakan tak percaya bahwa orang yang paling
disayanginya telah dipanggil terlebih dahulu menghadap keharibaan-Nya.
Begitulah
serentetan kejadian yang berlangsung pada petang hingga beranjak malam sampai
pada ujung tempat pemakaman dimana jenazah tersebut akan dikuburkan dan akan
ditinggalkan oleh semua yang mengantarkannya termasuk sanak keluarga yang
selama ini sangat di cintainya.
Yaa..
Sehebat apapun kita mencintai orang yang paling kita sayangi dan hormati tetap
saja ia akan berpulang kepada yang memiliki-Nya..
Seperti
sebuah hukum alam yang sedang terjadi sekaligus menandakan bahwa siklus
kehidupan telah berjalan dengan sempurna. Apakah takdir kematian itu menyapa
terlebih dahulu terhadap orang-orang yang sangat mempengaruhi didalam hidup
kita atau kita sendiri yang akan segera meninggalkan orang-orang yang sangat
mendambakan serta menginginkan kita untuk menjadi seorang yang bermartabat di
dunia dan di akhirat kelak. Kalau saja takdir itu menyapa kita terlebih dahulu,
pertanyaannya sudah cukupkah bekal yang kita persiapkan serta
mempertanggungjawabkan semua perilaku kita selama ini..??! Dan jika yang dipanggil terlebih dahulu
adalah orang terkasih sebut saja orang tua kita sendiri apa yang sudah kita
berikan kepada mereka..??! Cukup bahagiakah mereka meninggalkan kita..??!
_____________________________________________________________________
Hari
ini genap sudah hampir ¾ abad nafas yang diberikan oleh-Nya untuk tetap dapat berhembus.
Ada saat setiap hembusannya penuh dengan rasa syukur terhadap yang memberi
hembusannya. Ada pula saat menarik
hembusannya kembali dipenuhi oleh sisa-sisa yang penuh oleh sesuatu yang tak
disukai-Nya.
Hari
ini kembali mengenangkan apa kehendak Ema dan Bapa
Mereka
menginginkan agar tidak menjadi seorang pendurhaka
Sementara
aku tetap saja mampu tertawa diatas pelana dosa..
Hanya
doa-doa terbaik yang mereka panjatkan diatas keringat lelah
Sementara
aku terus saja berkeluh kesah diatas sajadah..
Hari
ini pula mengingat kembali apa yang sudah diperbuat..
Mereka
tak ingin anaknya menjadi seorang pembohong ulung
Tetapi
aku selalu menyelaraskan perkataan dan perbuatan menjadi sebuah parodi agung ..
Ema
dan Bapa ku..
Ampunilah
segala salah dan khilaf yang meraja..
Sudilah
kiranya tetap menarik busur panah berisi doa-doa mustajabah yang selalu tumpah
dengan airmata bahagia disela-sela kusamnya wajah dunia..
Maafkanlah
diri ini yang selalu melukis luka hingga membuatmu selalu bersedih..
Maafkanlah
diri ini yang telah mengundang airmata hingga membuatmu selalu berpeluh..
Yang
Maha Mengetahui..
Aku
menyadari sepenuhnya Engkau tahu yang terselip didalam lubuk hati..
Hapuskanlah
segala dosa bersamaan dengan memudarnya cahaya bulan sabit diakhir malam ini..
Lepaskanlah segala aib dengan berlalunya waktu demi waktu disepanjang hayat yang telah dilewati..
Lepaskanlah segala aib dengan berlalunya waktu demi waktu disepanjang hayat yang telah dilewati..
Karena
sebenarnya aku ini adalah seorang pengkhianat sejati
Walau
mereka tak menyakini apalagi sampai merestui..
Yang
Maha Mulia..
Kalaulah
sampai waktuku telah habis menemani..
Aku
memohon janganlah Kau putuskan ruh kami dengan Ema Bapa kami..
Jadikan
kubur mereka rumah penantian sementara yang lapang penuh dengan kedamaian..
Tukar
kain kafan mereka dengan hangat sejuknya embun Rahmat-Mu yang senantiasa
menyirami..
Jadikan
cacing-cacing tanah ciptaan-Mu menjadi enggan menggerogoti wajah-wajah tulus Ema
dan Bapa kami..
Segera
ulurkanlah kasih-sayang-Mu membelai setiap jengkal tanah merah yang mereka huni
untuk sementara..
Hingga
sampai saatnya nanti Engkau pertemukan kami dengan mereka..
Yang
Maha Penyayang diantara yang penyayang..
Aku
mohon.. Sayangilah mereka walau aku
sudah tak mampu menyayanginya karena peluhnya berbagai dosa..
Ps
Seseorang
didalam hati yang nyata-nyatanya aku kenali membisikkan lirih kepada ku seraya bekata..
“selamat sukses atas engkau yang telah berhasil memangkas usia mu hingga
tergerus, keangkuhan biarlah pergi kembali ke alam tanpa tepi..teruslah
meresapi kebermaknaan hidup yang sedang dijalani agar semakin berarti dan tak
perlu mewujud risau menjelma gigi dengki..”
“bersihkan
saja debu yang menempel keraguan.. rebahkanlah dirimu hingga mampu memandang
sebuah kearifan.. Selamat Pendek Umur Heri
Purwanto..!!”
wassalam..
141.211
Kata2nya terlalu berat ngebuat gw berat untuk mengkritik beuuuhhh.
Ga ada kata lain selain " SELAMAT BERTAMBAH TUA " semoga gurat gurat tuamu bukan hanya menandakan kekeriputanmu tapi menjadikannya simbol tato kebijaksanaan jiaaaahaha......
Eii.. Teteh jd inget Apah yg udh ga ada. Banyak yg nyesel ketika kedua udh ga ada. mumpung msh ada banyk berdoa bwt keduanya. met ultah yaa.
huaanjriiitt..mantapp brader.. makanye jgn kebanyakan bikin dosa.. :D